Perang yang kini berkecamuk antara Iran, Israel, dan kini diperparah dengan keterlibatan Amerika Serikat, sungguh menghadirkan keprihatinan mendalam bagi dunia. Dalam setiap ledakan bom, runtuhnya bangunan, dan hilangnya nyawa manusia, terdapat harga yang terlalu mahal untuk dibayar. Biaya perang bukan sekadar hitungan ekonomi semata, tetapi juga kehilangan tak ternilai berupa kedamaian, masa depan anak-anak, dan harapan umat manusia.
Setiap misil yang melesat ke udara, setiap pesawat tempur yang dikerahkan, adalah investasi yang memakan miliaran dolar yang semestinya bisa dialihkan untuk mengatasi kelaparan, memperbaiki sistem kesehatan, dan membangun pendidikan yang lebih baik bagi generasi mendatang. Dunia hari ini menghadapi tantangan besar seperti krisis iklim, ketidaksetaraan ekonomi, serta wabah penyakit yang belum sepenuhnya reda. Namun, energi, sumber daya, dan perhatian justru teralihkan pada peperangan yang hanya melahirkan kebencian baru.
Tidak ada kemenangan sejati dalam perang, hanya luka dan trauma yang diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Konflik bersenjata tidak pernah memberikan manfaat nyata bagi kehidupan umat manusia, tetapi justru menghancurkan peluang bagi perdamaian dan kerja sama internasional. Semua pihak yang terlibat sesungguhnya sadar bahwa konflik ini hanya akan membawa penderitaan tanpa akhir, namun ego politik dan ambisi kekuasaan sering kali mengaburkan realitas yang sesungguhnya.
Di tengah gelombang penderitaan yang semakin meluas, sudahkah para pemimpin dunia berpikir tentang air mata ibu yang kehilangan anaknya, tentang anak-anak yang kehilangan masa depannya, dan tentang dunia seperti apa yang ingin diwariskan pada generasi setelah kita? Sampai kapan kita akan terus memilih perang sebagai jawaban, padahal kedamaian selalu menjadi solusi terbaik bagi kemanusiaan?

